Senin, 08 Oktober 2012

fakta tentang sperma

Berikut fakta-fakta tentang sperma yang mungkin belum anda ketahui:

- Sperma di produksi di testis pria (buah zakar kalo bahasa populernya) Jadi bukan di dengkul seperti mitos kebanyakan…

- komposisi sperma: 60% cairan plasma, 25% cairan prostat, 10% sel sperma, dan 5% mucosa. Ternyata sperma yang di ejakulasi sebenarnya hanya berisi sangat sedikit sel sperma (10% saja)


- Rasa sperma dipengaruhi makanan. Kalo banyak makan daging biasanya akan berasa asam dan lebih menggigit sedangkan kalo banyak makan buah akan berasa manis
Coba deh sekali-kali cicipi sperma anda sendiri (cicip saja, bukan di telan…. hahaha)

- Rata-rata sperma yang dikeluarkan tiap ejakulasi sebanyak 1 sendok teh
Kalo mpe 2 sendok makan sudah banjir tuh.

- Tiap sendok teh sperma mengandung 200 – 500 juta sel

- Ketika anda ejakulasi, sperma yang anda “tembak”-kan bisa lebih cepat dari kecepatan lari seekor jaguar peru!!
Buset dah! cepat bner…

- Jarak ejakulasi terjauh adalah 10 inchi. sedangkan ejakulasi terjauh didunia saat ini adalah 18 kaki
Ada yang bisa lebih?

- Babi memiliki jumlah sel sperma terbanyak yaitu sekitar 8 MILYAR sel tiap sekali ejakulasi
Berikut peringkat manusia (per ejakulasi):
1. Babi (8 MILYAR sel)
2. Sapi (3 MILYAR sel)
3. Domba (1 MILYAR sel)
4. MANUSIA (280 JUTA sel)
5. Tikus (5 JUTA sel)

- Sperma memiliki Ph 7.2 sampai 8
Brarti kadar keasaman sperma bisa dibilang netral dunk..
Kalo 0 kan asam, kalo 14 kan basa…

- sperma bertahan hidup selama 5 hari didalam tubuh wanita dan hanya 3 jam di kamar mandi

- 5% cewek didunia mengalami alergi sperma

- Orang-orang etoro di Papua nugini sana memiliki tradisi aneh. Mereka percaya kalau untuk matang secara seksual, seorang pria remaja harus MENELAN SPERMA dari pria yang lebih tua darinya

Jumat, 28 September 2012

20 Fakta Unik dan Menarik Antara Laki-laki dan Perempuan

20 Fakta Unik dan Menarik Antara Laki-laki dan Perempuan

1. Rata-rata perempuan tidur lebih lama 1 jam saat malam dari pada laki-laki.

2. Bayi perempuan cenderung lebih cepat berjalan dan berbicara, bayi laki-laki 2 bulan lebih lambat.

3. Lebih banyak kehamilan dan kelahiran dengan komplikasi (gangguan) saat mengandung bayi laki-laki ketimbang bayi perempuan.

4. Rata-rata berat otak laki-laki lebih berat 1,4 kg daripada berat otak perempuan.

5. Pergantian kelamin lebih banyak dilakukan oleh laki-laki.

6. Perempuan kurang mampu menahan dingin disebabkan permukaan kulit yang lebih besar, sehingga lebih suka pada suhu ruang yang lebih hangat.

7. Laki-laki lebih suka bicara langsung sesuai tujuannya, sementara pembicaraan perempuan terputus-putus dengan keraguan dan perasaan. Disebabkan serabut penghubung antara belahan otak kanan ( intuisi ) dan kiri ( logika ) lebih sedikit pada perempuan. Sehingga ekspresi perasaan lebih mudah terjadi pada perempuan.

8. Perempuan lebih baik indra penciumannya disebabkan tingginya hormon estrogen yang diketahui sebagai aktivator reseptor penciuman.

9. Perempuan mempunyai 75 % lebih banyak kelenjar keringat/peluh ( yang menghasilkan bau badan ) daripada laki-laki.

10. Kemampuan indra laki-laki untuk mengecap rasa masam, manis dan masin lebih rendah pada perempuan.

11. Lebih dari dua kali pada perempuan cenderung homoseksual (menyukai sesama jenis) pada usia 45 tahun daripada laki-laki.

12. Pada saat usia tua perempuan mengalami kerontokan rambut, pada usia yang sama sebagian besar laki-laki mengalami kebotakan. Kebotakan disebabkan produksi berlebihan dari hormon androgen (hormon laki- laki ).

13. Berpapasan dengan perempuan pada jalanan ramai, laki-laki menghadapkan tubuhnya menghadap perempuan yang dilewatinya. Perempuan cenderung membalikkan badan, sering secara tidak sadar menempatkan tangan di depan badannya untuk melindungi dada.

14. Kira-kira 48 % laki-laki mendengkur ketika tidur, hanya 22 % pada perempuan.

15. Laki-laki lebih banyak memilih merah, dan perempuan warna biru.

16. Perempuan rata-rata 153 detik berada di toilet, laki-laki 113 detik.

17. Satu berbanding empat, perempuan dibanding laki-laki yang berbicara gagap.

18. Penelitian di Amerika, perempuan menggunakan waktu hampir 2 kali lebih banyak untuk berbelanja dibanding laki-laki.

19. Perempuan secara umum yang lebih menentukan corak dan gaya pakaian yang dipakai.

20. Penelitian di England, anak laki-laki lebih mudah dibohongi/diperdaya daripada anak perempuan. Kalau di Indonesia ENTAHLAH...

Sejarah Gitar

Ibanez Electric Guitar
Sejarah instrumen musik gitar dapat ditelusuri hingga sejauh ~4,000 tahun yang lalu. Bagaimana evolusi sebuah instrumen musik yang saat ini kita sebut dengan gitar? Simak artikel berikut.

Leluhur Gitar: Kecapi Atau Lira?

Kecapi
Kecapi
Seperti telah disebutkan di atas, sejarah gitar dapat ditelusuri hingga kurang lebih 4,000 tahun yang lalu. Banyak teori berkembang tentang leluhur instrumen musik gitar. Teori paling populer adalah bahwa alat musik gitar berevolusi dari instrumen kecapi (english: lute, arab: oud). Kecapi adalah instrumen musik yang berasal dari negeri Moor yang berbudaya Arab. Kecapi pertama kali diperkenalkan di Eropa melalui Spanyol, aslinya kecapi adalah alat musik petik berleher pendek tanpa fret dan memiliki badan besar dengan banyak string. Di kemudian hari orang Eropa menambahkan fret dan memberinya nama lute berasal dari kosakata Arab al'ud yang berarti kayu.
Lira
Lira
Teori kedua yang berkembang tentang leluhur gitar adalah teori yang mengatakan bahwa gitar berasal dari alat musik lira (english: lyre, greek: khitara). Lira adalah alat musik yang sangat populer di peradaban Yunani kuno, berupa alat musik petik berbentuk seperti tanduk untuk meregangkan string dan berbadan bulat yang terbuat dari cangkang kura-kura. Alat musik harpa termasuk ke dalam keluarga instrumen ini. Teori ini didasarkan akan kemiripan nama antara khitara dengan guitarra yaitu sebuah kosakata Spanyol darimana kata guitar (gitar) berasal.
Namun sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Michael Kasha pada tahun 1960-an mementahkan semua teori tersebut. Uniknya Dr. Michael Kasha adalah seorang fisikawan dan ahli kimia yang mendirikan Institute of Molecular Biophysics, Florida State University (FSU), namun memiliki ketertarikan sangat besar terhadap instrumen musik gitar.
Dr. Michael Kasha menyatakan adalah sangat aneh jika instrumen gitar (yang pada awalnya memiliki 4 string) berasal dari alat musik lira yang cenderung berbentuk kotak dan memiliki 7 string. Beliau justru mengemukakan bahwa gitar kemungkinan diturunkan dari leluhur yang sama dengan lira, bukan dari lira itu sendiri. Kata khitara berasal dari kosakata Persia chartar yang telah dipengaruhi budaya helenistik semasa penaklukan Alexander The Great.

Tinjauan Arkeologis

Alat musik petik yang pertama yang dikenal oleh para ahli arkeologi adalah harpa mangkuk dan tanbur. Telah diketahui bahwa sejak jaman prasejarah manusia telah membuat bunyi-bunyian dengan menggunakan sebuah harpa sederhana yang terbuat dari cangkang kura-kura dan buah labu sebagai resonator dan sebentuk leher melengkung untuk mengaitkan satu atau lebih string.
Lira Ratu Shub-Ad dari Ur
Lira Ratu Shub-Ad dari Ur
Alat musik sejenis ini telah banyak ditemukan dan beberapa yang tertua berasal dari peradaban Sumeria, Babilonia dan Mesir kuno. Sekitar tahun 2,500-2,000 SM mulai bermunculan instrumen-instrumen musik dari jenis lira yang lebih canggih, seperti lira 11 string yang didekorasi oleh hiasan emas. Salah satunya adalah Lira Ratu Shub-Ad yang ditemukan di Ur, berasal dari peradaban Sumeria kuno.
Sedangkan tanbur didefinisikan sebagai alat musik petik berleher panjang dan memiliki badan bulat yang kecil yang biasanya terbuat dari kayu. Diperkirakan alat musik ini berkembang dari harpa mangkuk dengan memodifikasi lehernya yang dibuat lebih panjang untuk menjangkau notasi musik yang lebih luas. Sebuah lukisan dinding yang ditemukan di Thebes, Mesir dari sekitar 1,420 SM menunjukkan sekelompok musisi yang memainkan harpa dan tanbur bersama dengan alat musik lain seperti flute dan perkusi.
Lukisan Tembok Sekelompok Musisi dari Thebes
Lukisan Tembok Sekelompok Musisi dari Thebes
Selain itu para arkeologis juga menemukan beberapa lukisan serupa yang berasal dari kebudayaan Persia an Mesopotamia. Beberapa instrumen yang terlukis bahkan masih dapat dijumpai saat ini dalam bentuk alat-alat musik tradisional masyarakat Turki, Iran, Afghanistan dan Yunani.

Instrumen Mirip Gitar Tertua Yang Masih Utuh

Instrumen mirip gitar tertua yang masih utuh dan ditemukan di jaman modern ini adalah sebuah tanbur berusia sekitar 3,500 tahun milik seorang musisi Mesir bernama Har-Mose. Sekitar tahun 1,503 SM, Har-Mose bekerja untuk seorang arsitek kenegaraan bagi Ratu Mesir saat itu (Ratu Hatshepsut), bernama Sen-Mut. Tanbur Har-Mose ikut dikuburkan bersama pemiliknya yaitu di sebuah komplek pemakaman sang ratu di tepi sungai Nil.
Tanbur Har-Mose ini adalah sebuah instrumen musik petik yang memiliki 3 senar dan memiliki badan yang terbuat dari kayu cedar. Saat ini disimpan di Archaeological Museum, Kairo, Mesir.
Tanbur Har-Mose
Tanbur Har-Mose

Definisi Gitar

Setelah meninjau beberapa kemungkinan mengenai leluhur instrumen gitar, maka ada baiknya kita pahami terlebih dahulu apa sebenarnya definisi gitar. Menurut Dr. Kasha, gitar didefinisikan sebagai "instrumen musik petik bersenar, berleher panjang dengan fret, dan memiliki badan gitar yang rata di bagian belakang (biasanya terbuat dari kayu) yang memiliki bentuk melengkung di tepinya".
Gambaran instrumen musik tertua yang memiliki semua persyaratan tersebut muncul dalam sebuah gambar berupa pahatan di batu berusia 3,300 tahun dan berasal dari kebudayaan Hittite di Alaca Huyuk, Turki.
Gitar Hittite
Gitar Hittite

Gitar Modern

Menurut Dr. Michael Kasha, gitar modern yang kita kenal saat ini pada awalnya adalah terdiri dari 4 senar. Gitar 4 senar ini tiba di Spanyol dari Persia pada sekitar abad ke-12, dinamakan chartar yang secara harfiah berarti empat senar (char: empat; tar: senar). Jika ditelusuri lebih jauh dari tinjauan bahasa, kata tar berasal dari bahasa Sansekerta yang dipakai di daerah India, terutama di daerah utara. Salah satu sepupu dari chartar ini adalah instrumen yang kita kenal dengan nama sitar, yaitu sebuah alat petik 3 senar yang juga populer di budaya-budaya kedaerahan Indonesia.
Chartar Persia
Chartar Persia
Seiring perkembangan waktu, alat musik chartar ini telah mengalami banyak modifikasi-modifikasi oleh manusia modern. Gitar mengalami banyak perubahan selama masa Renaissance di Eropa pada abad ke-14 sampai 17.
Di pertengahan masa Renaissance yaitu sekitar abad ke-16, terdapat sebuah bentuk modifikasi dari chartar yang memiliki 5 senar. Gitar lima senar ini pertama kali dibuat di Italia dan menjadi dominan digunakan dalam acara-acara resital musik. Sama seperti kecapi di waktu itu, gitar hanya memiliki 8 buah fret.
Gitar Antonio Stradivarius 5 Senar (1680)
Gitar Antonio Stradivarius 5 Senar (1680)
Gitar 6 senar juga dibuat pertama kali di Italia pada sekitar abad ke-17, di akhir masa Renaissance. Kemudian setelah itu seluruh Eropa beramai-ramai mengadopsi bentuk ini, dan diciptakanlah banyak aransemen musik yang berdasar pada gitar 6 senar.
Gitar George Louis Panormo 6 Senar (1832)
Gitar George Louis Panormo 6 Senar (1832)
Dari segi bentuk, gitar di masa lalu berukuran relatif kecil dan memiliki badan gitar yang ramping. Hingga pada tahun 1859, seorang Spanyol bernama Antonio Torres membuat gitar klasik yang berukuran lebih besar dan merubah proporsinya. Desain Antonio Torres ini diterima sebagai standar pembuatan gitar modern hingga hari ini.
Gitar Antonio Torres (1859)
Gitar Antonio Torres (1859)

Gitar Elektrik

Gitar yang menggunakan senar kawat (steel string) pertama kali diperkenalkan oleh seorang imigran asal Jerman di Amerika Serikat bernama Christian Fredrich Martin pada sekitar tahun 1900-an. Berdasarkan penemuan ini gitar mengalami modifikasi lebih jauh menuju ke arah gitar elektrik, yang dilakukan oleh Orville Gibson (pendiri Gibson Guitar Corporation) dan rekannya Lloyd Loar.
Gitar elektrik pada mulanya merupakan solusi bagi kebutuhan para musisi jazz saat itu yang menginginkan bunyi musiknya agar lebih kuat. Gitar elektrik dibuat pertama kali di akhir dekade 1920, namun tidak memperoleh kesuksesan hingga tahun 1936 saat Gibson Guitar Corporation memproduksi gitar elektrik komersial yang pertama bernama Gibson ES-150. Gitar ini diproduksi hingga tahun 1941.
Gitar Gibson ES-150 (1936)
Gitar Gibson ES-150 (1936)

Gitar Terkecil

Para ahli nano-teknologi di Cornell University, AS berhasil membuat gitar terkecil di dunia yang hanya berukuran 10 mikrometer (sama besar dengan ukuran sebuah sel tunggal). Gitar yang terbuat dari kristal silikon ini memiliki 6 senar sepanjang 50 nanometer dan dimainkan dengan cara menembakkan sinar laser ke senar-senar gitar tersebut. Tentu saja gitar ini dibuat bukan untuk para musisi, melainkan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Nanoguitar: Gitar Terkecil Di Dunia
Nanoguitar: Gitar Terkecil Di Dunia

Sejarah Sistem Waktu

Sejarah Sistem Waktu
Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa dalam satu hari ada 24 jam, dan dalam satu menit ada 60 detik? Inilah jawabannya.
Sistem bilangan yang paling banyak digunakan manusia saat ini adalah sistem desimal, yaitu sebuah sistem bilangan berbasis 10. Namun untuk mengukur waktu kita menggunakan sistem duodesimal (basis 12) dan sexadesimal (basis 60). Hal ini disebabkan karena metode untuk membagi hari diturunkan dari sistem bilangan yang digunakan oleh peradaban kuno Mediterania. Pada sekitar tahun 1500 SM, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12, dan mereka mengembangkan sebuah sistem jam matahari berbentuk seperti huruf T yang diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam ke dalam 12 bagian. Para ahli sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan jempol.
Jam matahari generasi berikutnya sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan "jam". Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan atas pengamatan para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di langit pada saat malam hari. Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam, maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang hari dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya (contoh: saat musim panas hari lebih panjang dibandingkan malam). Oleh karena itu pembagian jam dalam satu hari pun berubah-ubah sesuai dengan musimnya. Sistem waktu ini disebut dengan sistem waktu musiman. Pada sekitar tahun 147-127 SM, seorang ahli astronomi Yunani bernama Hipparchus menyarankan agar banyaknya jam dalam satu hari dibuat tetap saja yaitu sebanyak 24 jam, disebut dengan sistem waktu equinoctial. Namun sistem ini baru diterima secara luas oleh saat ditemukannya jam mekanik di Eropa pada abad ke-14.
Eratosthenes (276-194 SM), seorang ahli astronomi Yunani lainnya membagi sebuah lingkaran menjadi 60 bagian untuk membuat sistem geografis latitude. Teknik ini didasarkan atas sistem berbasis 60 yang digunakan oleh orang-orang Babilonia yang berdiam di Mesopotamia, yang jika ditilik lebih jauh diturunkan dari sistem yang digunakan oleh peradaban Sumeria sekitar 2000 SM. Tidak diketahui dengan pasti mengapa menggunakan sistem bilangan berbasis 60, namun satu dugaan mengatakan untuk kemudahan perhitungan karena angka 60 adalah merupakan angka terkecil yang dapat dibagi habis oleh 10, 12, 15, 20 dan 30.
Satu abad kemudian, Hipparchus memperkenalkan sistem longitude 360 derajat. Dan pada sekitar 130 M, Claudius Ptolemy membagi tiap derajat menjadi 60 bagian. Bagian pertama disebut dengan partes minutae primae yang artinya menit pertama, bagian yang kedua disebut partes minutae secundae atau menit kedua, dan seterusnya. Walaupun ada 60 bagian, yang digunakan hanyalah 2 bagian yang pertama saja dimana bagian yang pertama menjadi menit, dan bagian yang kedua menjadi detik. Sedangkan sisa 58 bagian yang lainnya membentuk satuan waktu yang lebih kecil daripada detik.
Sistem waktu ini membutuhkan waktu berabad-abad untuk tersebar luas penggunaannya. Bahkan jam penunjuk waktu pertama yang menampilkan menit dibuat pertama kali pada abad ke-16. Sistem waktu ini digunakan hingga sekarang oleh kita manusia modern.

Inilah Gambar N Tulisan Lucu Di Belakang Truk

Inilah Gambar N Tulisan Lucu Di Belakang Truk











Sabtu, 04 Agustus 2012

7 Fakta Bikin Orang Budek

blog-apa-aja.blogspot.com
Telinga merupakan indera yang penting bagi tubuh dan kelangsungan hidup. Namun, secara tidak sadar orang melakukan kegiatan yang dapat membahayakan indera pendengarannya. Apa saja faktor yang bisa bikin orang budek?

1. Ear Bud atau Ear Phone Pada Pemutar Musik (Music Player)

Ear bud membuat suara menjadi lebih keras, sehingga untuk waktu lama dapat memekakkan telinga. Selain itu, ear bud juga membuat perubahan dalam sistem pendengaran. Bila orang terbiasa mendengarkan suara dari ear bud yang dekat dan keras, maka besar kemungkinan ia sulit mendengarkan suara pada level normal atau lembut.

2. Mobil Terbuka (Openkap)

Mengendarai mobil openkap membuat orang harus mendengar suara dengan level 88-90 Decibel (Db). Sebagai perbandingan, percakapan normal berada kisaran 50 Db, jalan lalu lintas sekitar 70 Db, mesin pemotong rumput sekitar 90 Db. Paparan berulang dari suara di atas 85 Db diketahui dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

3. Obat Obatan

Salah satu efek samping yang kurang dikenal dari beberapa jenis obat, seperti obat nyeri, antibiotik tertentu dan obat kemoterapi berbasis platinum, adalah gangguan pendengaran.

4. Rokok

Satu pembuluh darah melayani koklea, yaitu organ telinga bagian dalam. Nikotin, vasokonstriktor yang menyebabkan pembuluh darah sedikit menyusut, dapat memiliki dampak yang luar biasa pada kapiler kecil yang melayani telinga.

5. Pekerjaan

Bidang pekerjaan seperti musisi, buruh pabrik, pekerja konstruksi dan pemadam kebakaran adalah beberapa orang yang berisiko tinggi untuk terpapar konstan terhadap suara keras.

6. Diabetes

Diabetes dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke telinga. Pembuluh darah sempit atau abnormal akibat diabetes dapat mencegah darah mencapai koklea, juga dapat mencegah proses pembersihan racun. Ini memiliki potensi untuk merusak sel-sel lembut di dalam telinga.

7. Anemia Sickle Cell

Orang dengan anemia sickle cell sering mengalami kelelahan dan sakit karena sel-sel darah merahnya cacat yang berbentuk sabit tidak bulat. Padahal aliran darah normal penting untuk mencapai telinga.

4.5

7 Fakta Bikin Orang Budek Rating: 4.5 Reviewer: Fadhly Ashary - ItemReviewed: 7 Fakta Bikin Orang Budek

Yang Belum Tahu…. Penemu Lambang Negara Indonesia


Garuda merupakan lambang Negara Indonesia, hampir semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui siapa penemunya dan bagaimana kisah hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini.
Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.Dia lah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.
Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Sumber : http://wajah-malam.blogspot.com/2011/04/yang-belum-tahu-penemu-lambang-negara_22.html

Aristoteles


Aristoteles (bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs), (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
Riwayat hidup
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian tersebut.Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.
Pemikiran
Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.[rujukan?] Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis) :
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
Sokrates adalah manusa (premis minor)
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation), banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya. Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya.[rujukan?] Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198).[rujukan?] Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau “the master of those who know”, sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.

Socrates


Socrates (Yunani: Σωκράτης, Sǒcratēs) (470 SM – 399 SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
Riwayat hidup
Socrates diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari batu (stone mason) bernama Sophroniskos. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai seorang bidan, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode kebidanan nantinya. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga orang anak.
Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah Socrates dalam dialog Plato dimana Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.
Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu “kontrak” yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.
Filosofi
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.
Pengaruh
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.

7 Tempat di Indonesia yang Terasa Seperti Luar Negeri


7 Tempat di Indonesia yang Terasa Seperti Luar Negeri :

Peribahasa "rumput tetangga selalu lebih hijau" tampaknya tak mempan untuk Indonesia. Buktinya, beragam lanskap alamnya menghasilkan berbagai pemandangan indah layaknya di luar negeri. Inilah 7 tempat yang membuat Anda merasa sedang di luar negeri.

Indonesia memiliki pantai seindah Hawaii, hutan hujan tropis seperti di pedalaman Amerika Selatan dan padang pasir seperti di Timur Tengah. Disusun detikTravel, Senin (14/5/2012), berikut 7 tempat di Indonesia yang akan membuat Anda seakan sedang berada di negara lain:

1. Danau Toba, Sumatera Utara

Tak perlu jauh-jauh ke Norwegia untuk bertemu dengan danau megah dengan pemandangan menghipnotis. Cukup datang ke Danau Toba dan rasakan suasana Eropa di Brastagi, Sumatera Utara. Danau seluas 3.000 km ini diselimuti kabut saat pagi hari.

Pepohonan hijau di sekelilingnya semakin mendukung kecantikan danau ini. Belum lagi saat cahaya mentari mulai menari di antara pohon dan melesak ke danau, Anda akan melihat lukisan Tuhan yang indah dan nyata!

2. Gunung Bromo, Jawa Timur

Gunung Bromo memiliki lanskap yang mirip dengan padang pasir di Timur Tengah atau juga Valley of the Moon di Chili. Puncak bukit Valley of the Moon yang berpasir vulkanik akan mengingatkan Anda dengan gunung merapi aktif di Probolinggo, Jawa Timur itu.

Lekuk puncak dan pegunungannya pun tidak beda jauh. Suhu udara yang rendah tidak jauh beda dengan di pegunungan Chili. Valley of the Moon kerap didatangi turis karena kontur gunung dan pasir abu yang ada di sana. Nah, Bromo juga didatangi karena alasan yang sama. Tak heran banyak wisatawan yang jatuh cinta dengan keindahan Bromo.

3. Hutan Wae Rebo, Nusa Tenggara Timur

Siapa sangka dataran di NTT memiliki hutan seperti di film Twilight? Di Wae Rebo, Manggarai, Flores, NTT terdapat kawasan hutan luas nan lebat, mirip dengan hutan di Forks, AS. Padatnya pepohonan dan kabut membuat Anda lupa bahwa sedang berada di kawasan Indonesia Timur!

Kabut tebal sudah jadi tamu langganan yang datang menggantikan sinar matahari. Saat sore dan pagi hari, melihat hutan ini membuat Anda seakan sedang berada di AS. Memang suhu di sini cukup rendah, semakin mendukung khayalan Anda yang sedang berlari ke luar negeri.

4. Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat

Pantai cantik dengan air biru bersih dan resor keren bukan hanya milik Maladewa. Gili Trawangan di Lombok, NTB pun bisa menghipnotis Anda seperti sedang berada di kepulauan yang katanya terindah di dunia.

Pasir putih yang lembut dan ombaknya yang menggoda akan membuat Anda merasa pulau itu milik Anda sendiri. Bermainlah ke sisi lain pulau dan temukan pantai yang lebih sepi dan tentunya lebih indah. Jangan lewatkan saat matahari tenggelam dan larutlah dalam pesona jingganya.

5. Puncak Jaya Wijaya, Papua


Indonesia sebagai negara tropis ternyata punya salju juga. Ya, puncak Gunung Jaya Wijaya memiliki hamparan salju yang membuat Anda berasa sedang di Pegunungan Alpen. Kerennya lagi, Gunung Jaya Wijaya merupakan satu dari Seven Summits atau 7 puncak tertinggi di dunia.

Memang tidak mudah mendaki sang Jaya Wijaya, namun kepuasan yang didapat saat bisa mencapai puncaknya sangatlah membahagiakan. Nikmatilah sensasi berada di salah satu puncak tertinggi di dunia. Dan tak lupa, nikmati juga salju milik Indonesia.

6. Pasar Terapung, Kalimantan Selatan

Thailand memiliki beberapa pasar terapung, salah satunya adalah Damnoen Saduak. Namun, tak perlu ke sana untuk merasakan belanja di atas perahu, Cukup datang ke Sungai Barito di Banjarmasin, Kalimantan Tengah. Anda bisa menikmati pemandangan unik para penjual dan pembeli yang sibuk bertransaksi di atas perahu.

Pasar Terapung ini sudah berlangsung sejak dulu dan masih tetap berjalan hingga sekarang. Tak sedikit dari wisatawan yang rela datang dini hari untuk ikut larut dalam keramaian pasar di atas air ini.

7. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur


Sebuah Taman Nasional di Banyuwangi, Jawa Timur akan membuat Anda seakan berada di Afrika. Datang saja ke Taman Nasional Baluran dan rasakan sensasinya. TN Baluran memiliki savana luas yang diisi kawanan hewan liar. Meski tak ada gajah atau singa, kehidupan hewan liar di TN ini mirip dengan di Afrika. Tak heran Baluran dijuluki Africa van Java.

Berlarilah di antara semak-semak kering dan siap-siap terpukau dengan pepohonan di sana. Tapi, jangan kaget bila bertemu kawanan monyet atau burung merak. Nikmatilah langit malam dengan lautan bintang. Africa van Java di Jawa Timur ini akan menghipnotis Anda!

7 Tempat di Indonesia yang Terasa Seperti Luar Negeri Rating: 4.5 Reviewer: Fadhly Ashary - ItemReviewed: 7 Tempat di Indonesia yang Terasa Seperti Luar Negeri

fakta unik dan aneh yang mungkin belum kita ketahui

Berikut ini beberapa fakta unik dan aneh yang mungkin belum kita ketahui :

- Warga Eskimo menggunakan kulkas untuk menyimpan makanan supaya tidak beku

- Bayi lahir dengan 300 tulang tetapi ketika dewasa memiliki 206 tulang.

- Kurang dari 2% dari air adalah air tawar.

- Butuh 3.000 ekor sapi untuk persediaan di kulit selama satu tahun untuk pasokan sepakbola.

- Mengunyah permen karet saat mengupas bawang akan melindungi Anda dari menangis.

- Ada sekitar 100.000 sampai 150.000 rambut pada rata-rata kepala manusia.

- Setiap inci persegi dari kulit manusia terdiri dari 19 juta sel, 60 rambut, 90 kelenjar minyak, 19 kaki darah, 625 kelenjar getah, 19000 sel sensorik dan ribuan serta jutaan bakteri.

- Di Cleveland, Ohio, adalah ilegal untuk menangkap tikus tanpa lisensi berburu.

- Perbandingan jumlah rayap dan manusia di dunia adalah 10:1.

- Musim panas tahun 2003 di Eropa menewaskan 35.000 orang.

- Staphylococcus aureus hidup pada kulit manusia.

- Rata-rata manusia memproduksi 25.000 quarts/ukuran 0.9463 lite ludah dalam seumur hidup.

- Bumi tidak bundar tapi elips.

- Tingkat kecenderungan makan perempuan hamil lebih banyak jika mereka mengandung bayi laki-laki.

- Sirius, sebuah bintang kerdil, adalah bintang paling terang di langit malam.

- Tomat adalah makanan yang paling populer di seluruh dunia dengan produksi 60 juta ton per tahun.

- Seseorang yang sedang istirahat menghasilkan panas sebesar 100 watt dop.

- Uranium telah habis digunakan oleh kekuasaan militer barat sebagai senjata anti-tank.

- Sekitar 70% organisme yang hidup adalah bakteri.

- Cina zaman dahulu, dokter menerima uang hanya jika pasien itu sembuh.

- Sebuah perkiraan bahwa 300 juta sel-sel mati dalam tubuh manusia setiap menit.

- Organ tubuh manusia terbesar adalah kulit, beratnya sekitar 4 kg orang dewasa normal

- Berat bakteri adalah 1 triliun = 1 gram.

- Pala dapat sangat beracun jika disuntikkan melalui urat nadi.

- Kapasitas bintang Neuron adalah 1,5 sampai 3 kali massa matahari.

- Hampir 85% dari alam semesta adalah bentuk material gelap.

- WC pertama yang pernah terlihat di televisi adalah “Leave it to Beaver”.

- Dari dua milyar orang hanya ada 1 yang akan hidup sampai usia 116.

- 200 perusahaan berkontribusi 29% terhadap perekonomian dunia dan mempekerjakan hanya 0,9% di dunia kerja.

- 98 ton tanaman purba yang terpendam digunakan untuk membuat 1 galon bensin di Amerika Serikat.

- Diperkirakan 16.000 orang di seluruh dunia terinfeksi HIV setiap hari.

- Kuatnya emosi negatif mengakibatkan kerusakan sistem kekebalan.

- Karena polusi dan overfishing, penduduk Amerika, Asia dan Eropa telah menolak eels hingga 99%.

- Titik di atas huruf “i” disebut title/judul.

- Neutron memiliki kehidupan 14 jam di luar inti dari sebuah atom.

- Hanya 22% dari hutan asli yang ada di bumi.

- Manusia adalah satu-satunya primata yang memiliki pigmen di tangan tangan mereka.

- Rata-rata 100 orang mati tersedak ballpoint setiap tahun.

- 3000 tahun lalu, sebagian besar warga Mesir meninggal di usia 30 tahun.

- Pada era Mesir Kuno, lempeng batu digunakan sebagai bantal.

- Pada tahun 1962, sekolah di Tanganyika ditutup karena suatu kejadian yaitu epidemi tawa yang berlangsung selama enam bulan.

- Pada tahun 1980, pekerja di sebuah rumah sakit Las Vegas diberhentikan. Karna Mereka bertaruh siapa pasien yang akan mati terlebih dahulu.

- Di Mesir, orang mencukur alis jika ada kucing yang mati.

- Pada tahun 1800an, jika ada orang yang gagal bunuh diri, mereka harus menghadapi hukuman mati.

- Pada tahun 1848, air terjun Niagara telah istirahat selama setengah jam karena sebuah es memblokir sumber sungai.

- Orang yang berusia di atas 100 di AS meningkat dari 4.000 pada tahun 1960 menjadi 55.000 pada tahun 1995.

- Seekor kucing dapat berlari 20 km per jam.

- Seekor cheetah dapat berlari 76 km per jam.

- Katak yang terbesar di dunia adalah Goliath Frog.

- Tidak ada dua zebra yang belangnya serupa.

- Terdapat hampir 50 jenis kangguru.

- Woodpecker dapat mematuk 20 kali dalam satu menit.

- Lidah seekor Chameleon adalah dua kali panjang tubuhnya sendiri.

- 10% dari populasi dunia adalah kidal.

- Lumba-lumba berkomunikasi satu sama lain dengan menggeram dan bersiul

- Paus biru adalah mamalia terbesar di dunia.

- Lumba-lumba tidur dengan satu mata terbuka.

- Kucing memiliki pandangan mata yang lebih tajam daripada manusia.

- Ikan Jelly tubuhnya terdiri dari 95% air.

- Matahari 330.330 kali lebih besar daripada bumi.

- Kuku jari tangan tumbuh lebih cepat dari kuku jari kaki.

- Otot yang paling kuat di dalam tubuh adalah lidah.

- Gajah lebih kecil dari ikan paus biru.

- Kucing dapat bertahan hidup tanpa air lebih lama dari unta.

- Tanduk badak terbuat dari keratin.

- Jerapah memiliki lidah sepanjang 21 inchi.

- Sepeda pertama dibuat pada tahun 1817 dibuat tanpa pedal.

- Rechendorfer Yusuf adalah orang pertama yang berhasil menempatkan karet penghapus di atas sebuah pensil.

- Balon mainan yang pertama kali terbuat dari karet vulkansir.

- Terdapat hampir 900 jenis kelelawar di dunia.

- Orang yang menggunakan Tangan kanan hidup lebih lama dari tangan kiri.

- Banyak orang yang dibunuh oleh keledai.

- Seekor buaya tidak dapat mengeluarkan lidah.

- Semut tidak tidur.

- Beruang kutub bertangan kidal.

- Astronot tidak diperbolehkan untuk makan kacang-kacangan sebelum mereka pergi ke ruang angkasa karena buang angin/kentut dalam pakaian ruang angkasa mengakibatkan kerusakan.

- Dengan menaikkan kaki Anda perlahan dan berbaring ke belakang, Anda tidak dapat terperosok ke dalam pasir penghisap.

- Lobster memiliki darah biru.

- Seorang pria mengatakan rata-rata 4.850 kata dalam 24 jam.

- Kuku ibu jari tumbuh lambat dan kuku jari tengah yang tercepat.

- Cokelat dapat membunuh anjing.

- Kecap sebelumnya dijual sebagai obat.

- Produk pertama yang memiliki barcode adalah Wrigley’s gum.

- Seseorang menghasilkan 100 pound sel darah merah dalam hidupnya.

- Pita karet terpanjang adalah di kulkas.

- Ada 293 cara untuk menukar dolar.

- “Dreamt” adalah satu-satunya kata yang berakhir dengan ‘mt’.

- Orang yang cerdas memiliki kadar seng dan tembaga di rambut mereka.

- Plastik membutuhkan waktu 500 tahun untuk terurai.

- Total wilayah permukaan bumi adalah 197 juta mil persegi.

- Cahaya matahari mencapai bumi membutuhkan waktu sekitar 8 jam 3 detik.

- Penduduk di dunia telah meningkat 3,1 miliar dalam 40 tahun terakhir.

- Sekitar 180 juta kartu Valentine tersebar per tahunnya.

- 4% dari total penduduk setiap hari minum minuman dingin.

- Mustahil untuk bersin dengan mata terbuka.

- Di Bangladesh, anak-anak akan dihukum dan dipenjarakan jika curang dalam ujian akhir.

- Butuh 1 pekarangan tebu untuk membuat sebuah gula kubus

- Setengah galon air diperlukan untuk memasak makaroni.

- Lampu lalu lintas telah digunakan sebelum penemuan mobil.

- Satu orang normal tertawa lima kali sehari.

Wassalam

Kamis, 19 April 2012

tugas perbandingan politik

COMPARATIVE METHODS AND NEW ISSUES

collaborators (Budge et al. 1987: Khngemann et al. 1994) have coded political party
manifestos published since the Second World War into thematic categories in an effort to compare policy and klcological positions of pulitcal parties in Europe and North America. Using the new software, these texts cait now he scanned and analysed more easily. In addition, these new advances in text and qualitative analysis software packages allow (or more systematic comparative studies that adopt discursive approaches to politics more generally (see Howarth 1995: Beer and Balleck 1994: Howarth 1998a: Howarth eta!.forthcoiniiig).
For quantitative analysis, new software and techniques are being developed to handle new types or data. Typically, cross-sectional data analysis of the kind performed on a large sample of countries at one point in time (see, for example, the earlier manyountry studies outlined in Chapters 4 and 5), was a relatively straightforward exercise. Time series data, ‘event count’ data such as protest events. and dichotomous data collected on such events as wars, coups, and revolutions require more advanced kinds of analysis to overcome some of their inherent biases. Skewed distributions (i.e. some countries with particularly high or low values), ‘ceiling’ problems (i.e. no events in one year followed by 4,000 events in the next), and ‘either—or’ outcomes require different kinds of analytical techniques to avoid drawing erroneous inferences. Developments in this area of quantitative comparative analysis continue to be made to deal with these new indicators and forms of data.
Finally, new techniques for combining quantitative and qualitative methods have been developed to offer more holistic explanations for political outcomes. Wickham.Crowley’s (1993) comparison identified necessary and sufficient conditions for successful revolution in Latin America. He used what is called Boolean algebra to eliminate those conditions that did not appear to be important for revolution while retaining those that did (see Chapter 5 and Table 5.5 above). The values of these supportive conditions were derived in qualitative fashion through a deep reading of the events surrounding these (non) revolutionary moments in Latin American history. In this way, he combines the strengths of a ‘variable- oriented’ study with the strengths of a ‘case-oriented’ study to reach substantive conclusions about social revolution (see Ragin 1987; Peters 1998: 162—I? 1). Other comparative studies have used the ‘either-or’ categories of Boolean analysis (see Dc Meur and Berg-Schlosser 1994; Foweraker and Landman 1997: Chapter 7) to reduce the complexity of qualitative information while harnessing the strengths of logical analysis. As its other areas of political methodology, this type of analysis has been aided by the development of computer software (Qualitative Comparative Analysis, or QCA), which reduces the burden of calculating the key conditions by hand (see Drass and Ragin 1991). Future comparative studies may want to adopt this strategy, which strikes a balance between quantitative and qualitative approaches.
Taken together, these advances in methods, techniques, and software strengthen our ability to conduct systematic comparative research and help to break down traditional barriers that exist within the discipline. No longer should qualitative practitioners be pitted against their quantitative colleagues. Rather, the insights of both communities can inform each other. Regionally based comparative studies that traditionally inhabit the faculties of area studies programmes (e.g.


NEW CHALLENGES FOR COMPARATIVE POLITICS
Latin America, Africa, and Asia) can contribute to more general theories and research communities in political science. Many of the regionally based studies reviewed in this book either developed new Concepts and theories applicable to contexts outside the scope of the original comparison, or used particular parts of the world as natural ‘laboratories’ to test theories and ideas developed elsewhere. There thus must be an ongoing intellectual conversation among the practitioners of different comparative methods, across different levels of analysis, and across different theoretical perspectives, as well as across different parts of the world.

New issues
The history of political science suggests that the field has been preoccupie(Lw4th the fonnation and maintenance of different political institutions and with developing ways in which to evaluate their performance on both empirical and normative grounds (Almond 1996). The chapters in Part IL of this book reflect in part this preoccupation. The criteria for the selection of topics included their wide attention in the literature, their popularity with students, and their ability to demonstrate the different ways in which comparative methods have been employed in the field. Yet the chapters variously demonstrated the field’s preoccupation with the ways in which political order is made possible. In addition to these concerns, key issues of political science such as representation, political parties, interest groups, political culture, political participation, legislative behaviour, public policy, and political economy will continue to animate the minds of comparative researchers in years to come. There have been a number of developments in the world, however, that are particularly suited to systematic comparative analysis of the type advocated in this book. Although not an exhaustive list, these issues include transnational political influences, the diffusion of political ideas and political culture, universal human rights, and the broad category of globalization. Each of these new issues implies political activity and political processes that extend beyond the confines of the nation state, but their brief discussion below will demonstrate the value that can be added to their explanation and understanding using systematic comparative analysis.

Transnational political influence
Chapter 5 in Part H focused on the comparative study of the origins, shape, and impact of social movements. One key factor that has emerged in the study of social movements during the contempot-aty period is the increasing prevalence of social movement organizations (SMOs) whose capacity for political activism transcends national boundaries, Sometimes called ‘transnational advocacy networks’ (Keck and Siklcjnk 1998a, 1998b), these organizations are able to build memberships and articulate the many demands of their different constituencies in a multitude of political contexts. These global networks of activists, whether of the right or the left, seek to make claims against authorities and organize global campaigns for change.’ Yet, they most often represent an alternative to mass action, using

information and communication technologies to make claims for ihust’ unable to (10 SO m political Contexts where access to authorities is blocked or dramatically limited (Keck and Sikkink 199&t: 217—221). As an extension oi (loIlmesticsodal movement activity, this type of political activism is a research area ripe for comparative analysis that seeks to identify’ the multiple nodes’ of such advocacy networks, the type of information and tactics that are shared, the ways iii which particular struggles can be framed in a global context, and the types 01 I)oIitical impact that they are capable of achieving.
The analysis of transnational influences brings comparative tiolitics closer to the field of international relations, since activities between states become important features of the comparison. Insights from both disciplines appear particularly fruitful for future research and have already featured in some areas ol research. For example, comnparativists and international relations scholars have become interested in the relationship between democratizing countries and warfare. Vard and Gleditsclm (1998) compare a global sample of countries with measures of democraUzation and inter-state war and find that unstable and rocky democratic transitions increase the likelihood of inter-state warfare,, while the process of democratization itself does not. In this example, key concepts from comparative politics (democratization) and comparative methods (many-country quantitative comparison) are combined with key concepts of international relations (stale weakness and warfare).

Political diffusion
In addition to agents embedded in global networks fighting for political change, comparative politics must remain sensitive to larger processes of political diffusion. For example, Huntington’s (1991) comparative study of democratization (see Chapter 7 of present volume) is concerned with the cross-national and cross- cultural diffusion of democratic ideas. In this account and others, political diffusion of democracy is seen as almost a ‘contagion’ Whitehead 199Gb) that moves from one political system to another. For Huntington, this diffusion of democratic ideas helps explain the third wave of democratization. Indeed, regional proximity alone accounts for a large number of countries that have become democratic this century (N >40; see Whitehead 1996b: 6). But the recent spread of global communications technologies means diffusion effects are becoming more like ‘demonstration’ effects, where democratic activists in one corner of the globe can now learn of the grievances, strategies, and outcomes of democratic struggles in other parts of the globe. For example, Castells (1997: 72—83) shows how the Zapatista rebellion in the southern Mexican state of Chiapas employed the Internet and global media to communicate their struggle for rights, social justice, and democracy to audiences and potential sympathizers outside the confines of Mexico. Future comparative studies of democracy and democratization must include these international diffusion effects.

Related to the struggle for democracy is the issue of the promotion and protection of universal humnaim rights. Since the Universal Declaration of Human Rights in 1948.the academic study of human rights has flowered into an interdisciplinary research and activist communitY comprising lawyers, political scientists, philosophers. anthropologists, psychologists, and sociologists. This research area is particularly suited for comparative analysis since it seEs an ideal and legal standard of rights that ought to be l)rotected (civil, political, economic, social, and cultural) in all countries of the world. This ideal standard is tafd out in a series of international legal instruments to which countries can become signatories, such as the Covenant on Civil and Political Rights: the Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights:
the Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide:
etc. Between 125 and 191 countries are signatories to these various instruments (UNDP 1999). yet global evidence suggests that ‘there are more countries in the world today where fundamental rights and civil liberties are regularly violated than countries where they are effectively protected’ (Robertson and Merrills 1996: 2). Indeed, in its 1999 tabulation of freedom in the world, Freedom House (1999) reports that 46 per cent of the world is considered ‘free’. 28 per cent is considered ‘partly free’, while the remaining part is considered ‘not free’. In addition, the Human Development report for 1999 shows the persistence of great disparities in wealth, trade, and investment, as well as use of and access to the Internet, all of which constitute violations of economic, social, and cultural rights.
This disparity between official proclamations and actual implementation of human rights protection is a fruitful area for comparative research. What economic, social, and political factors explain the continued violation of human rights? How can rationalist, structuralist. andculturalist perspectives help us explain these violations? In other words, the gap between so-called ‘rights in principle’ and ‘rights in practice’ can be compared across any number of countries to uncover the key explanatory factors that may account for this difference (see Foweraker and Landman 1997). While the academic study of human rights tends to be dominated by single-country studies, the availability of global and regional reports allows for few- and many-country comparisons to be carried out that seek to explain the degree to which human rights are protected. For example, Poe and Tate (1994) code both the Amnesty International and US State Department human rights reports and analyse the violation of civil and political rights world-wide. Poe et at. (1994) use similar methods to examine the relationship between US foreign aid and the protection of human rights in Latin America. Martin and Sikkink (1993) compare the effects of US foreign policy on human rights practices in Argentina and Guatemala. Finally, de Brito (1997) compares the efforts of post-transition Uruguay and Chile in dealing with their long periods of authoritarian rule. In each of these examples, human rights as an ideal provide the benchmark against which countries in the particular sample can be compared. Moreover, like the studies on democratization and warfare, those studies that examine the promotion of human rights by outside agents introduce key insights from the field of international relations.

Globalization
Together these new issues demonstrate the presence of a new global level of political activity, the origins, patterns, and impact of which may be subsumed under the broader category of globalization. The tenn has been variously used to describe a state of affairs, to account for a historical process, to represent an ‘end-state’ to which all countries are moving, and as both the cause and effect of the changing nature of our political, economic, and social environment (see Gray 1999; Held et a!. 1999). As a description, globalization refers to the increasing interconnectedness of the world across all aspects of life. As a historical process, it is a pattern of relationships and trends in the evolution of nation states from the first empires to the present day. As an end-state, it is a world where all countries enjoy freedom, democracy, and wealth. As a cause, it accounts for disparities in wealth, dominance of capital, the erosion of local communities, the effective disenfranchisement of individuals, subordination, exploitation, and increasing levels of global inequality. As an effect, it is the world-wide spread of a homogeneous culture that celebrates the consumption of goods and products produced in the West.
These various definitions of globalization suggest that without proper care, the term will mean everything and nothing at the same time. To redress this conceptual and analytical confusion, clear definitions of globalization and proper theorizing about its causes and effects are needed (see Held eta!. 1999). The ability to theorize about the different dimensions of globalization, will provide the means to operationalize them for comparative analysis, and draw substantive conclusions about the implications of globalization for politics, economics, and culture. Whether globalization poses a threat to the traditional nation state is an empirical question, which requires systematic comparative analysis of the type this book has advocated. Moreover, whether studying transnational political networks, political diffusion, universal human rights, or the many different aspects of globalization, data and evidence will continue to be collected, organized, and compared across nation state units.

Conclusion
The future for comparative politics is bright, lie proliferation of new issues and the examination of old ones continue to provide an ample supply of research topics for systematic comparative analysis. The accretion of comparative methods that has developed over the years provides scholars with a rich ‘toolchest’ to examine and explain observed political phenomena in the world. Continued developments in information and communications technology will make the world a smaller place and ought to encourage an ethos of replication, develop a network of shared knowledge, build a stronger comparative research community, and for certain research areas, promote links with the field of international relations. It is hoped that this book will make scholars more careful in their choice of countries, their collection of evidence, and their substantive conclusions about the particular research questions that have motivated them.


artinya

PERBANDINGAN METODE DAN ISU BARUkolaborator (Budge et al 1987:.. Khngemann et al, 1994) telah dikodekan partai politikmanifesto diterbitkan sejak Perang Dunia II menjadi kategori tematik dalam upaya untuk membandingkan kebijakan dan posisi klcological pihak pulitcal di Eropa dan Amerika Utara. Menggunakan perangkat lunak baru, teks-teks CAIT sekarang ia mengamati dan menganalisa dengan lebih mudah. Selain itu, kemajuan baru dalam teks dan paket perangkat lunak analisis kualitatif memungkinkan (atau lebih studi banding sistematis yang mengadopsi pendekatan diskursif untuk politik secara umum (lihat Howarth 1995: Bir dan Balleck 1994: Howarth 1998a:. Howarth eta forthcoiniiig).Untuk analisis kuantitatif, perangkat lunak dan teknik baru sedang dikembangkan untuk menangani jenis baru atau data. Biasanya, data cross-sectional analisis dari jenis yang dilakukan pada sampel besar negara di satu titik waktu (lihat, misalnya, studi manyountry sebelumnya diuraikan dalam Bab 4 dan 5), itu merupakan pekerjaan yang relatif mudah. Data time series, data 'acara count' seperti acara-acara protes. dan data dikotomis dikumpulkan pada acara-acara seperti perang, kudeta, dan revolusi memerlukan jenis yang lebih maju dari analisis untuk mengatasi beberapa bias yang melekat mereka. Distribusi miring (yaitu beberapa negara dengan nilai sangat tinggi atau rendah), 'plafon' masalah (yaitu tidak ada kejadian dalam satu tahun diikuti oleh 4.000 kejadian di akhirat), dan 'baik-atau' hasil memerlukan berbagai jenis teknik analisis untuk menghindari menggambar kesimpulan yang salah. Perkembangan dalam bidang analisis komparatif kuantitatif terus dilakukan untuk mengatasi masalah-indikator baru dan bentuk data.Akhirnya, teknik baru untuk menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif telah dikembangkan untuk memberikan penjelasan yang lebih holistik untuk hasil politik. Wickham.Crowley 's (1993) perbandingan diidentifikasi kondisi perlu dan cukup untuk sukses revolusi di Amerika Latin. Dia menggunakan apa yang disebut Aljabar Boolean untuk menghilangkan kondisi-kondisi yang tampaknya tidak penting bagi revolusi sementara tetap mempertahankan mereka yang lakukan (lihat Bab 5 dan Tabel 5.5 di atas). Nilai kondisi ini mendukung diturunkan dengan cara kualitatif melalui pembacaan yang mendalam dari peristiwa sekitar ini (non) saat revolusioner dalam sejarah Amerika Latin. Dengan cara ini, ia menggabungkan kekuatan dari sebuah penelitian variabel yang berorientasi 'dengan kekuatan dari studi' kasus yang berorientasi untuk mencapai kesimpulan substantif tentang revolusi sosial (lihat Ragin 1987; Peters 1998: 162-I 1?). Studi banding lain telah menggunakan kategori 'baik-atau' analisis Boolean (lihat Dc Meur dan Berg-Schlosser 1994; Foweraker dan Landman 1997: Bab 7) untuk mengurangi kompleksitas informasi kualitatif sementara memanfaatkan kekuatan dari analisis logis. Seperti daerah lainnya metodologi politik, jenis analisis ini telah dibantu oleh pengembangan perangkat lunak komputer (Analisis Perbandingan Kualitatif, atau QCA), yang mengurangi beban menghitung kondisi kunci dengan tangan (lihat Drass dan Ragin 1991). Studi banding mendatang mungkin ingin mengadopsi strategi ini, yang menyerang keseimbangan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif.Secara keseluruhan, kemajuan dalam metode, teknik, dan perangkat lunak memperkuat kemampuan kita untuk melakukan penelitian komparatif sistematis dan membantu untuk mendobrak hambatan tradisional yang ada dalam disiplin. Tidak lagi harus praktisi kualitatif menjadi jebakan melawan rekan kuantitatif mereka. Sebaliknya, wawasan dari kedua komunitas dapat saling memberi informasi. Regional berdasarkan studi banding yang secara tradisional mendiami fakultas program daerah studi (misalnyaTANTANGAN BARU UNTUK PERBANDINGAN POLITIKAmerika Latin, Afrika, dan Asia) dapat memberikan kontribusi untuk teori-teori yang lebih umum dan komunitas penelitian dalam ilmu politik. Banyak studi regional berbasis terakhir dalam buku ini baik dikembangkan Konsep dan teori baru yang berlaku untuk konteks di luar lingkup perbandingan asli, atau digunakan bagian-bagian tertentu dari dunia sebagai alami 'laboratorium' untuk tes teori dan ide-ide dikembangkan di tempat lain. Ada demikian harus menjadi percakapan intelektual yang sedang berlangsung di antara para praktisi metode komparatif yang berbeda, di berbagai tingkat analisis, dan seluruh perspektif teoritis yang berbeda, serta di berbagai belahan dunia.Baru isuSejarah ilmu politik menunjukkan bahwa lapangan telah preoccupie (Lw4th yang fonnation dan pemeliharaan lembaga-lembaga politik yang berbeda dan dengan cara mengembangkan di mana untuk mengevaluasi kinerja mereka pada kedua dasar empiris dan normatif (Almond 1996). Bab-bab dalam IL Bagian ini buku mencerminkan sebagian keasyikan ini Kriteria untuk pemilihan topik termasuk perhatian luas dalam literatur, popularitas mereka dengan siswa, dan kemampuan mereka untuk menunjukkan berbagai cara di mana metode komparatif telah bekerja di lapangan.. Namun bab berbagai menunjukkan keasyikan bidang dengan cara-cara tatanan politik dimungkinkan. Selain masalah ini, kunci masalah ilmu politik seperti perwakilan, partai politik, kelompok kepentingan, budaya politik, partisipasi politik, perilaku legislatif, kebijakan publik, dan politik ekonomi akan terus menghidupkan pikiran peneliti komparatif dalam tahun-tahun mendatang Ada sejumlah perkembangan di dunia, bagaimanapun, bahwa sangat cocok untuk analisis komparatif yang sistematis dari jenis yang dianjurkan dalam buku ini.. Meskipun bukan daftar lengkap, masalah ini termasuk pengaruh politik transnasional, difusi ide-ide politik dan budaya politik, hak asasi manusia universal, dan kategori yang luas dari globalisasi Masing-masing isu-isu baru menunjukkan aktivitas politik dan proses politik yang melampaui batas-batas negara bangsa., tetapi mereka diskusi singkat di bawah ini akan menunjukkan nilai yang dapat ditambahkan penjelasan dan pemahaman menggunakan analisis komparatif sistematis.Transnasional politik pengaruhBab 5 di Bagian H difokuskan pada studi komparatif tentang asal-usul, bentuk, dan dampak gerakan sosial. Salah satu faktor kunci yang muncul dalam studi gerakan sosial selama periode contempot-aty adalah peningkatan prevalensi organisasi gerakan sosial (SMOS) yang kemampuannya untuk aktivisme politik melampaui batas-batas nasional, Kadang-kadang disebut 'jaringan advokasi transnasional (Keck dan Siklcjnk 1998a , 1998b), organisasi-organisasi ini mampu membangun keanggotaan dan mengartikulasikan tuntutan banyak konstituen mereka yang berbeda dalam banyak konteks politik. Jaringan ini aktivis global, baik kanan atau kiri, berusaha untuk melakukan klaim terhadap kekuasaan dan mengatur kampanye global untuk perubahan 'Namun., Mereka paling sering mewakili alternatif untuk aksi massa, dengan menggunakanteknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan klaim untuk tidak ihust 'untuk (10 SO m Konteks politik di mana akses ke otoritas diblokir atau secara dramatis terbatas (Keck dan Sikkink 199 & t:. 217-221) Sebagai kegiatan tambahan oi (gerakan loIlmesticsodal, jenis aktivisme politik merupakan daerah penelitian matang untuk analisis komparatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi 'yang beberapa node' dari jaringan advokasi tersebut, jenis informasi dan taktik yang digunakan bersama, cara iii perjuangan tertentu yang dapat dibingkai dalam konteks global, dan 01 jenis I) dampak oIitical bahwa mereka mampu mencapai.Analisis pengaruh transnasional membawa tiolitics komparatif lebih dekat dengan bidang hubungan internasional, karena kegiatan antara negara menjadi fitur penting dari perbandingan. Wawasan dari kedua disiplin muncul terutama bermanfaat untuk penelitian masa depan dan telah ditampilkan dalam beberapa penelitian daerah ol. Sebagai contoh, comnparativists dan hubungan internasional para cendekiawan menjadi tertarik dalam hubungan antara negara-negara demokrasi dan perang. Vard dan Gleditsclm (1998) membandingkan sampel global negara-negara dengan ukuran democraUzation dan antar negara perang dan menemukan bahwa transisi demokrasi yang tidak stabil dan berbatu meningkatkan kemungkinan perang antar negara, sedangkan proses demokratisasi itu sendiri tidak. Dalam contoh ini, konsep-konsep kunci dari politik komparatif (demokratisasi) dan metode komparatif (banyak-negara perbandingan kuantitatif) digabungkan dengan konsep kunci dari hubungan internasional (kelemahan basi dan peperangan).Politik difusiSelain agen tertanam dalam jaringan global berjuang untuk perubahan politik, perbandingan politik harus tetap peka terhadap proses difusi lebih besar politik. Sebagai contoh, (1991) studi banding Huntington demokratisasi (lihat Bab 7 dari buku ini) berkaitan dengan difusi lintas-negara dan lintas-budaya ide demokratis. Dalam rekening dan lainnya, difusi politik demokrasi dipandang sebagai hampir satu 'penyakit menular' Whitehead 199Gb) yang bergerak dari satu sistem politik yang lain. Untuk Huntington, ini difusi ide-ide demokratis membantu menjelaskan gelombang ketiga demokratisasi. Memang, kedekatan daerah sendiri menyumbang sejumlah besar negara-negara yang menjadi demokratis abad ini (N> 40, lihat Whitehead 1996b: 6). Tapi penyebaran terbaru dari teknologi komunikasi global berarti efek difusi menjadi lebih seperti efek 'demonstrasi', di mana aktivis demokrasi di salah satu sudut dunia sekarang dapat belajar dari keluhan, strategi, dan hasil dari perjuangan demokratis di bagian lain dunia. Sebagai contoh, Castells (1997: 72-83) menunjukkan bagaimana pemberontakan Zapatista di negara bagian Meksiko selatan Chiapas dipekerjakan internet dan media global untuk berkomunikasi perjuangan mereka untuk hak, keadilan sosial, dan demokrasi ke khalayak dan simpatisan potensial di luar batas-batas Meksiko. Studi banding masa depan demokrasi dan demokratisasi harus mencakup efek difusi internasional.Terkait dengan perjuangan untuk demokrasi adalah masalah promosi dan perlindungan hak humnaim universal. Sejak Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dalam penelitian akademik 1948.the hak asasi manusia telah berbunga menjadi sebuah penelitian interdisipliner dan aktivis komunitas yang terdiri dari pengacara, ilmuwan politik, filsuf. antropolog, psikolog, dan sosiolog. Daerah penelitian sangat cocok untuk analisis komparatif karena melihat sebuah standar ideal dan hukum hak-hak yang seharusnya l) rotected (sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya) di semua negara di dunia. Standar ideal tafd dalam serangkaian instrumen hukum internasional dimana negara dapat menjadi penanda tangan, seperti Kovenan Hak Sipil dan Politik: Kovenan tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya:Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida:dll Antara 125 dan 191 negara penandatangan ini adalah berbagai instrumen (UNDP 1999). namun bukti global yang menunjukkan bahwa 'ada lebih banyak negara di dunia saat ini dimana hak-hak dasar dan kebebasan sipil secara teratur melanggar dari negara-negara di mana mereka secara efektif dilindungi' (Robertson dan Merrills 1996: 2). Memang, pada tahun 1999 tabulasi nya kebebasan di dunia, Freedom House (1999) melaporkan bahwa 46 persen dari dunia yang dianggap 'bebas'. 28 persen yang dianggap 'sebagian bebas', sedangkan sisa bagian yang dianggap 'tidak bebas'. Selain itu, laporan Pembangunan Manusia untuk tahun 1999 menunjukkan masih adanya perbedaan besar dalam kekayaan, perdagangan, dan investasi, serta penggunaan dan akses ke Internet, yang semuanya merupakan pelanggaran hak ekonomi, sosial, dan budaya.Ini perbedaan antara pernyataan resmi dan implementasi aktual dari perlindungan hak asasi manusia merupakan daerah subur untuk penelitian komparatif. Apa faktor ekonomi, sosial, dan politik menjelaskan pelanggaran lanjutan dari hak asasi manusia? Bagaimana rasionalis, strukturalis. perspektif andculturalist membantu kita menjelaskan pelanggaran ini? Dengan kata lain, kesenjangan antara apa yang disebut 'hak pada prinsipnya' dan 'hak dalam praktek' dapat dibandingkan di sejumlah negara untuk mengungkap faktor penjelas utama yang dapat menjelaskan perbedaan ini (lihat Foweraker dan Landman 1997). Sementara studi akademis hak asasi manusia cenderung didominasi oleh satu negara studi, ketersediaan laporan global dan regional memungkinkan untuk beberapa-dan banyak-negara perbandingan yang akan dilakukan yang berusaha menjelaskan sejauh mana hak asasi manusia dilindungi. Sebagai contoh, Poe dan Tate (1994) kode baik Amnesty International dan Departemen Luar Negeri AS HAM dan menganalisis laporan pelanggaran hak sipil dan politik di seluruh dunia. Poe dkk. (1994) menggunakan metode yang serupa untuk menguji hubungan antara bantuan luar negeri AS dan perlindungan hak asasi manusia di Amerika Latin. Martin dan Sikkink (1993) membandingkan efek dari kebijakan luar negeri AS pada praktek-praktek hak asasi manusia di Argentina dan Guatemala. Akhirnya, de Brito (1997) membandingkan upaya pasca-transisi Uruguay dan Chile dalam berurusan dengan periode panjang pemerintahan otoriter. Dalam setiap contoh, hak asasi manusia sebagai sebuah ideal memberikan benchmark terhadap yang negara dalam sampel tertentu dapat dibandingkan. Selain itu, seperti studi tentang demokratisasi dan peperangan, mereka studi yang meneliti pemajuan hak asasi manusia oleh agen luar memperkenalkan wawasan kunci dari bidang hubungan internasional.GlobalisasiBersama-sama isu-isu baru menunjukkan adanya tingkat global baru dari kegiatan politik, asal-usul, pola, dan dampak yang dapat digolongkan dalam kategori yang lebih luas globalisasi. Para Tenn telah banyak digunakan untuk menggambarkan keadaan, untuk menjelaskan proses sejarah, untuk mewakili sebuah 'akhir-negara mana semua negara bergerak, dan karena keduanya penyebab dan efek dari perubahan sifat politik kita, ekonomi, dan sosial lingkungan (lihat Gray 1999;. Dimiliki et sebuah 1999). Sebagai deskripsi, globalisasi mengacu pada keterkaitan meningkatnya dunia di semua aspek kehidupan. Sebagai proses sejarah, ini adalah pola hubungan dan tren dalam evolusi negara bangsa dari kerajaan pertama sampai sekarang. Sebagai sebuah negara akhir, itu adalah dunia di mana semua negara menikmati kebebasan, demokrasi, dan kekayaan. Sebagai penyebab, itu account untuk perbedaan dalam kekayaan, dominasi modal, erosi masyarakat setempat, pencabutan hak efektif individu, subordinasi, eksploitasi, dan meningkatkan tingkat ketidaksetaraan global. Sebagai efek, itu adalah penyebaran di seluruh dunia budaya homogen yang merayakan konsumsi barang dan produk yang dihasilkan di Barat.Ini berbagai definisi globalisasi menunjukkan bahwa tanpa perawatan yang tepat, istilah ini berarti segala sesuatu dan tidak ada pada saat yang sama. Untuk memperbaiki ini kebingungan konseptual dan analitis, definisi yang jelas tentang globalisasi dan teorisasi yang tepat tentang penyebab dan efek yang diperlukan (lihat Dimiliki eta. 1999!). Kemampuan untuk berteori tentang dimensi yang berbeda dari globalisasi, akan menyediakan cara untuk mengoperasionalkan mereka untuk analisis komparatif, dan menarik kesimpulan substantif mengenai implikasi dari globalisasi untuk politik, ekonomi, dan budaya. Apakah globalisasi merupakan ancaman bagi negara bangsa tradisional adalah pertanyaan empiris, yang membutuhkan analisis komparatif yang sistematis dari jenis buku ini menganjurkan. Selain itu, apakah mempelajari jaringan politik transnasional, difusi politik, hak asasi manusia universal, atau berbagai aspek globalisasi, data dan bukti akan terus dikumpulkan, disusun, dan dibandingkan seluruh unit negara bangsa.KesimpulanMasa depan untuk perbandingan politik yang cerah, kebohongan proliferasi isu-isu baru dan pemeriksaan yang lama terus memberikan pasokan yang banyak dari topik penelitian untuk analisis komparatif sistematis. Bertambahnya metode komparatif yang telah berkembang selama bertahun-tahun menyediakan ulama dengan 'toolchest' kaya untuk memeriksa dan menjelaskan fenomena politik diamati di dunia. Lanjutan perkembangan dalam teknologi informasi dan komunikasi akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih kecil dan harus mendorong etos replikasi, mengembangkan jaringan pengetahuan bersama, membangun komunitas penelitian komparatif kuat, dan untuk daerah penelitian tertentu, mempromosikan link dengan bidang internasional hubungan. Diharapkan bahwa buku ini akan membuat sarjana lebih berhati-hati dalam memilih negara, koleksi mereka bukti, dan kesimpulan substantif mereka tentang pertanyaan penelitian tertentu yang telah memotivasi mereka.